Pohon Pelindung Jadi Ancaman

No Comments

Pohon-Pohon pelindung yang ditanam di sepanjang jalan Kota Padang-Provinsi Sumatera Barat, sebagian sudah ada yang berusia tua. Bahkan, sudah ada yang mulai lapuk. Dikhawatirkan, bila pohon itu digoyang angin kencang, akan tumbang dan menimpa apa saja yang ada di sekitarnya.

Hampir tiap tahun di Kota Padang terdengar ada pohon yang tumbang. Untungnya, kejadian itu jarang yang menimbulkan korban jiwa. Rata-rata pohon yang tumbang itu adalah pohon yang sudah lapuk, dan diduga telah berusia sekitar 50 tahun.

Di tahun 2009 lalu misalnya, badai dan gelombang tinggi menghantam kawasan pesisir pantai barat Kota Padang (30/8) pukul 15.00 wib, selain menumbangkan satu baliho berukuran 3x5 meter di Jalan Veteran, juga turut menumbangkan sejumlah pohon. Saat itu, setidaknya terdapat lima titik pohon pelindung tumbang di Kota Padang, diantaranya di Jalan Hang Tuah, Jalan Gajah Mada dan Jati. Untunglah kejadian ini tak menimbulkan korban jiwa.

Kemudian, hujan deras yang mengguyur Kota Padang, Minggu 26 September 2010, juga menumbangkan sebuah pohon di jalan Perintis Kemerdekaan, Jati Padang. Pohon itu nyaris menimpa pengendara kendaraan bermotor yang melintas di depan kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Wilayah Sumbar tersebut.

Pohon yang diperkirakan telah berusia tua itu jatuh membentang di badan jalan, sehingga menimbulkan kemacetan. Meski tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, tapi satu unit mobil Avanza yang tengah parkir, tertimpa pohon tersebut.

Berselang beberapa bulan, masyarakat Kota Padang kembali dikejutkan dengan kabar adanya pohon tumbang. Akibat angin kencang disertai hujan yang melanda Kota Padang, pada 20 November 2010, sedikitnya tercatat dua pohon besar tumbang, yaitu; Jati Kecamatan Padang Barat dan Gadut Kecamatan Lubuk Kilangan.

Berselang beberapa hari kemudian, pada 29 November 2010, masyarakat kembali mendapat berita, bahwa ada pohon setinggi 8 meter tumbang dan menimpa sebuah kantin di depan SD Negeri Percobaan Ujung Gurun Padang, sekitar jam 13 siang. Pohon itu tumbang akibat angin kencang yang terjadi bertepatan dengan waktu pulang sekolah para pelajar di SD tersebut. Untunglah kejadian ini tak menimbulkan korban.

Memasuki awal tahun 2011, tepatnya Senin 3 Januari 2011, sekitar jam 17.45 WIB, kembali sebuah pohon berusia sekitar 80 tahun tumbang di Kota Padang. Pohon jenis Asam Jawo yang tumbang itu, persis berada di depan sebuah restoran siap saji Kentucky Fried Chiken (KPC) di Jalan A. Yani Padang.

Berselang beberapa minggu, kembali mencuat berita tentang pohon tumbang di Kota Padang. Angin kencang yang melanda Kota Padang, Selasa 1 Februari 2011, sekitar jam 11.00 wib itu, mengakibatkan sebuah pohon di Jalan Sebrang Padang, Kecamatan Padang Utara (tepatnya di depan SMK PGRI III) tumbang.

Pohon besar itu menimpa Sabirin (50 tahun) warga Jati, Kelurahan Padang Barat, yang sedang mengendarai motor jenis Yamaha Vega bernomor polisi BA 3906 AO. Akibatnya, Sabirin harus dilarikan ke rumah sakit, karena mengalami patah tulang di bagian pangkal paha. Sementara, kendaraannya rusak parah.

Kabar teranyer adalah tentang tumbangnya sebuah pohon besar, di kawasan Sungai Balang, Kecamatan Pauh, pada 24 Maret 2011. Peristiwa ini memang tak menimbulkan korban. Namun, akibat dari kejadian itu, arus lululintas sempat macet sepanjang 1 kilo meter.

Apa yang telah terjadi itu, dikhawatirkan beberapa kalangan akan terus berlangsung, terutama bila pemerintah Kota Padang tak melakukan langkah antisipatif. Sebab, saat ini masih banyak dari pohon-pohon pelindung yang menghiasi Kota Padang, sudah mulai terlihat lapuk dan tidak lagi kokoh.

Paling tidak, realita itu mulai terlihat pada pohon pohon pelindung yang tumbuh di sepanjang jalan KH Ahmad Dahlan (depan Telkom). Pohon jenis Palm yang tumbuh di sepanjang jalan itu, kondisinya sudah mulai lapuk. Akar pohon tersebut sudah banyak yang putus, bahkan ada terlihat keropos.

Selain menemukan beberapa pohon pelindung yang sudah mulai lapuk, wartawan tabloid ini juga menemukan beberapa pohon pelindung yangu sudah mulai rimbun dan menyentuh kabel listrik.

Paling tidak, realita itu terlihat di ujung Jembatan Tamsis – Alai Padang (dari arah pusat kota), di perempatan lampu merah simpang haru, di jalan andalasdan beberapa jalan lainnya. Saat berita ini ditulis, pohon yang diperkirakan sudah berusia tua di ujung Jembatan Tamsis tersebut terlihat sangat rimbun dan menyentuh listrik. Bahkan, dahan pohonnya yang sudah menyeberangi jalan itu, juga mulai terlihat lapuk.

Selain dekat Jembatan Tamsis, wartawan tabloid ini juga menemukan kenyataan yang sama di Jalan Andalas Padang. Paling tidak, pohon yang terdapat di depan Toko Diva Selluler itu, sudah mulai terlihat rimbun dan nyaris menyentuh kabel listrik.

Bahkan kata masyarakat setempat Syamsul Bahri (58 tahun) beberapa bulan lalu ada pohon pelindung yang tumbang di daerah tersebut. Pohon yang tumbang itu persis berhadapan tumbuhnya dengan pohon yang mulai rimbun tersebut.

“Untunglah, pohon yang tumbang itu tak menimpa pengguna jalan. Namun, kejadian itu sempat membuat seorang pengendara motor terjatuh karena me-rem (menyetop) kendaraan secara mendadak,” papar Syamsul Bahri.

Terhadap realita tersebut, warga Jalan Andalas Kecamatan Padang Timur ini, meminta perhatian Pemerintah Kota (Pemko) Padang untuk memperhatikan keberadaan pohon pohon pelindung yang ada di sepanajng jalan raya kota ini.

Sebab, setiap kali hujan yang diikuti angin kencang, seringkali berakibat terhadap jaringan listrik di kawasan tersebut. Bahkan, menurut Syamsul Bahri, beberapa tiang listrik sering terlihat berpijar bila hujan lebat yang diiringi angin kencang.

Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Padang-Hariadi Dahlan mengatakan (25/3), saat ini memang banyak pohon-pohon di Kota Padang yang seharusnya diremajakan, namun karena keterbatasan anggaran hal ini tidak bisa dilakukan.

Walau demikian, Hariyadi tak meyakini pohon itu bisa tumbang sendiri, bila tak ada tangan-tangan jahil yang “mengotak-atik” pohon tersebut, misalnya membakar sampah dekat pohon tersebut. Intinya, Hariadi Dahlan lebih menekankan bahwa pohon pelindung itu lebih banyak tumbang oleh ulah tangan-tangan jahil.

Terkait dengan pohon-pohon pelindung yang sudah mulai menyentuh jaringan listrik, Hariadi Dahlan mengatakan, pihaknya tak bisa bekerja sendiri. “Sebenarnya tanggungjawabnya berada pada pihak PLN. Sebab, mereka yang berurusan dengan listrik, dan kami tidak punya keahlian dalam hal itu. Namun, dalam pengerjaannya (memangkas pohon), DKP bekerjasama dengan PLN,” ungkapnya.
F. Fahlevi

Bahaya Mengancam Jajanan Anak

No Comments

44 persen jajanan anak yang diperjualbelikan di sekolah, tidak sehat dan tidak layak dikonsumsi. Jajanan dengan berbagai jenis bentuk dan warna ini dikemas secara menarik untuk memikat anak-anak. Jajanan ini berbahaya bagi kesehatan dan mengganggu asupan gizi anak bangsa.

Begitu bel rehat berbunyi di SD Negeri 22 Andalas-Kecamatan Padang Timur-Kota Padang-Provinsi Sumatera Barat sekitar jam 09.30 wib (bagi pelajar masuk pagi) dan jam 14.30 wib (bagi pelajar masuk siang), hampir separoh murid-murid di sekolah ini pun berhamburan ke luar pekarangan sekolah.

Kendati pagar sekolah itu belum dibukakan oleh Satpam Sekolah-Anton, namun para pelajar ini sudah meringsek dan berupaya membuka pagar sendiri. Sejurus kemudian, mereka pun menuju para pedagang makanan yang berjejer di balik pagar sekolah tersebut.

Pemandangan seperti ini tak hanya terjadi di SD Negeri 22 Andalas, fakta yang sama hampir terjadi di sebagian besar sekolah di Sumbar umumnya dan Kota Padang khususnya. Para murid SD ini seolah keranjingan dengan jajanan aneka warna yang dijual para pedagang di sekolah-sekolah mereka.

Padahal, berdasarkan hasil penelitian Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), secara nasional, pada lima tahun terakhir (2006-2010), jajanan anak sekolah ternyata banyak yang tidak menyehatkan. Disebutkan, terdapat sekitar 40 persen – 44 persen jajanan anak di sekolah tidak memenuhi syarat kesehatan.

Bahkan, dari hasil penelitian Badan POM bersama Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) serta Institut Pertanian Bogor dalam survei di beberapa beberapa kantin sekolah, ditemukan fakta bahwa dari ribuan kantin sekolah yang dijadikan sampel, hanya 0,9 persen saja yang menjual menjadi jajanan sehat.

Dari hasil uji sampling, menunjukkan 30 persen jajanan mengandung borak, 3 persen mengandung formalin, serta 6 persen mengandung rodamin dan siklamat. Sampel diuji berdasar enam parameter yakni formalin, borak, rodamin, methanil yellow, siklamat dan bakteri.

Kendati demikian, ternyata bahan kimia berbahaya pada jajanan anak ini masih saja terus digunakan oleh produsen, karena bahan tersebut dijual bebas di toko bahan kimia. Bahan berbahaya tersebut meliputi bahan pengawet seperti formalin dan boraks serta bahan pewarna seperti rhodamin B dan methanil yellow.

Sayangnya, disisi lain, Badan POM mengalami kesulitan mengawasi toko bahan kimia. Sebab, pengawasan toko kimia tersebut berada di bawah pengawasan Kementerian Perdagangan.

Bahaya terhadap jajanan anak ini pun diakui Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih pada wartawan 18 Februari 2011 lalu. Kata Endang Rahayu, hampir separo atau 44 persen jajanan anak di pasaran tidak sehat dan banyak mengandung zat aditif (unsur tambahan).

“Rata-rata jajanan tidak sehat ini berasal dari industri rumah tangga. Yang pasti, hampir dipastikan jajanan-jajanan di sekolah tersebut tidak sehat lagi, karena tidak steril dalam pembuatannya,” kata Endang Rahayu Sedyaningsih.

Fakta ini pun diakui oleh Kepala Bidang (Kabid) Jaminan dan Sarana Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Padang-Dra Novita Latina Apt (16/3). Kata Novita, dari razia yang pernah dilakukan ke beberapa sekolah di Kota Padang, memang ditemukan jajanan di sekolah itu mengandung bahan pengawet dan pewarna seperti formalin, boraks, zat pewarna rodhamin B, methanyl yellow dan carmoisin. “Bahan sejenis ini masih banyak digunakan oleh produsen makanan anak tersebut,” ungkap Novita Latina.

Kata Novita Latina, resiko kesehatan yang ditimbulkan akibat jajanan yang tidak aman dan tidak bermutu itu, dampaknya tak bisa dilihat langsung. Namun, jajanan tak sehat itu berdampak jangka panjang.

“Memakan jajanan itu tidak memberi dampak langsung sekarang. Bahan berbahaya akan tertumpuk secara akumulasi dalam organ tubuh. Namun, baru beberapa tahun berikutnya terasa, yang timbul dalam bentuk penyakit,” katanya.

Oleh karena itu, kata Novita Latina, hal ini harus terus disosialisasikan kepada seluruh masyarakat, sebab penggunaan zat pewarna tekstil tersebut berbahaya untuk dikonsumsi, jika penggunaannya berlebih bisa menyebabkan keracunan.

Sementara itu, dari temuan dan penelitian yang dilakukan Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Sumbar pada jajanan sekolah di Kota Padang, 40 persen belum bisa dikatakan sehat. Bahan makanan yang digunakan belum terjamin keamanan dan kualitasnya.

Fakta itu diakui Kepala Bidang (Kabid) Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen BPOM Sumbar-Dra Hilda Murni Apt MM. Kata Hilda, memang dalam pengawasan BPOM Sumbar yang turun ke sekolah-sekolah, masih ditemukan jajanan anak yang tak layak konsumsi dan tak sehat.

Sebenarnya untuk makanan sehat itu, kata Hilda Murni, kualitas gizinya harus ada seperti protein dan lemak yang cukup serta cara pembuatannya harus bersih. “Dalam pembuatan, jajanan itu rentan dihinggapi mikrobiologi (bakteri) yang terdapat pada tangan si pembuat,” kata Hilda Murni.

Menanggapi maraknya jajanan anak yang dijual bebas di sekolah dasar di Kota Padang tersebut, mendapat perhatian dari pengamat pendidikan Drs Ristapawa Indra MPd. Kata Ristapawa Indra, keberadaan makanan jajanan anak sekolah perlu mendapat perhatian semua pihak. Sebab, banyak makanan jajanan anak yang dijual di sekolah-sekolah, belum memperhatikan kebersihan dan kurang sehat.

Kata pria yang saat ini tengah menyelesaikan pendidikan program doctoral (S3) di Universitas Kebangsaan Malaysia ini, dalam rangka melindungi anak-anak sekolah dari dampak buruk jajanan yang tidak sehat itu, Pemko Padang harus mengambil langkah nyata, semisal mengkoordinir dengan baik para pedagang makanan jajanan tersebut. Selain itu, juga perlu dilakukan pengendalian, baik jenis komoditas jajanan yang dijualnya maupun pedagang penjual makanan jajanan di sekolah.

“Untuk menanggulangi persoalan tersebut, ada baiknya Pemko Padang, melakukan koordinasi antar instansi terkait, seperti Dinas Kesehatan, Dinas Perindagkop, Dinas Pendidikan, Satpol PP, Camat dan UPT Pelayanan Pendidikan Kecamatan, untuk melakukan kajian dan pendataan pedagang asongan dan komoditas dagangan di sekolah SD maupun TK yang ada di kecamatan-kecamatan di Kota Padang. Kajian dan pendataan ini menitik beratkan pada aspek keamanan jajanan anak sekolah, ditinjau dari bahan tambahan pangan berupa bahan kimiawi yang sering digunakan,” kata Ristapawa Indra.

Ditambahkan Ristapawa Indra, usai pendataan itu dilakukan, yang tak kalah penting harus dilakukan adalah melakukan pengawasan, pembinaan, penyuluhan, pelatihan dan promosi keamanan pangan secara terpadu dan berkesinambungan kepada konsumen dan produsen pangan, serta pembinaan kantin sekolah yang sehat di sekolah-sekolah.

“Disamping itu, yang juga harus dilakukan adalah menata para pedagang asongan di sekolah-sekolah tersebut,” kata Ristapawa Indra.
F. Fahlevi